Aku menyebutnya Pemilik Pagi. Dia yang datang pelan-pelan menyembuhkan luka. Semua butuh waktu untuk memulai dari setiap kekalahan, kelelahan dan ketidakpastian. Cinta dan luka adalah wujud dari kekuatan dan kelemahan manusia.
Pemilik Pagi adalah kesederhanaan dalam menanti senja. Pada langit, pada hujan, pada pelangi dan lagu-lagu dengan iringan gitar akustik yang bersenandung menyambut paginya. Tidak ada manusia bisa menebak masa tetapi aku perlahan bangun untuk memulai asa.
Semoga semesta merencanakan hal-hal yang baik.
aku bukan matahari, Pemilik Pagi,
cahaya yang melampui batas semesta
penghuni bumi sibuk merayakan
kesakitan setiap tahunnya
mereka menyebutnya bumi punya hari
mereka itu siapa ?
mereka juga yang melukai bumi
dan tanah berontak menyatu, pecah!
Kita seumpama berandai-andai Pemilik Pagi,
ketika matahari telah lelah
berhenti memberi terangnya pada bumi
apa yang akan kita harap?
Jadilah gelap seluruh dan seutuhnya
tidak!
di belahan bumi sana
harapan terus dihidupkan
masih ada manusia,
yang sedang menyalakan lampunya
mencipta cahaya lalu,
menyimpannya dalam rumah
Pemilik Pagi
aku hanya ingin menjadi lampu bagimu,
di dalam rumah aku adalah lampu itu
dan malam yang akan selalu menjadi
milikmu
*Makassar, 13 September 2018*
Komentar
Posting Komentar