Langsung ke konten utama

Pemilik Pagi

Aku menyebutnya Pemilik Pagi. Dia yang datang pelan-pelan menyembuhkan luka. Semua butuh waktu untuk memulai dari setiap kekalahan, kelelahan dan ketidakpastian. Cinta dan luka adalah wujud dari kekuatan dan kelemahan manusia. 

Pemilik Pagi adalah kesederhanaan dalam menanti senja. Pada langit, pada hujan, pada pelangi dan lagu-lagu dengan iringan gitar akustik yang bersenandung menyambut paginya. Tidak ada manusia bisa menebak masa tetapi aku perlahan bangun untuk memulai asa.
Semoga semesta merencanakan hal-hal yang baik.


aku bukan matahari, Pemilik Pagi,
cahaya yang melampui batas semesta

penghuni bumi sibuk merayakan kesakitan setiap tahunnya
mereka menyebutnya bumi punya hari

mereka itu siapa ?
mereka juga yang melukai bumi
dan tanah berontak menyatu, pecah!

Kita seumpama berandai-andai Pemilik Pagi,
ketika matahari telah lelah
berhenti memberi terangnya pada bumi

apa yang akan kita harap?
Jadilah gelap seluruh dan seutuhnya

tidak!
di belahan bumi sana
harapan terus dihidupkan

masih ada manusia,
yang sedang menyalakan lampunya
mencipta cahaya lalu,
menyimpannya dalam rumah

Pemilik Pagi
aku hanya ingin menjadi lampu bagimu,
di dalam rumah aku adalah lampu itu
dan malam yang akan selalu menjadi milikmu


*Makassar, 13 September 2018*


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gelorakan perjuangan di kampus! Gapai hak kita!

" Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”. (Pramoedya) Waktu itu saya baru semester 2, salah seorang dari civitas akademika kampus memberi saya pesan. “ Jangan ikuti seniormu yang suka demo, fokus kuliah saja”. Hal pertama yang terlintas dipikiran saya adalah tentang larangan untuk ikut berdemonstrasi? Kenapa? Dan apa sebabnya. Apakah perguruan tinggi berperan sebagai “rumah ilmu” ataukah perguruan tinggi merupakan sarana meningkatkan status sosial mahasiswa tersebut. Haruskah seseorang mahasiswa berkutat pada materi-materi kuliah saja ataukah mahasiswa juga melakukan persinggungan dengan realitas objektif (masyarakat)? Bagaimana seharusnya menjadi seorang mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan itu yang terkadang muncul dalam benak kita, yang terkadang kita sendiri tak tahu jawabannya. Dari sini kita bisa lihat bahwa sebetulnya tidaklah terlampau sulit untuk menyimpulkan atas fenomena ketimpangan yang terjadi...

Saya Mahasiswa Sejarah dan Wajib Membaca Buku Kiri

(Dok: Pribadi) Razia buku-buku kiri yang dilakukan oleh aparat negara dan beberapa ormas keagamaan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dan Kota Makassar belakangan ini menjadi perhatian publik. Respon solidaritas pun berdatangan dari para pegiat literasi, aktivitis, sastrawan dan akademisi dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka memberikan kecaman terhadap tindakan razia buku karena dianggap bertentangan dengan prinsip demokrasi dan melanggar hak asasi manusia (HAM). Seminggu terakhir saya menunggu tulisan kritis dari para akademisi, dosen ataupun sejarawan di Kota Makassar dalam menyikapi polemik razia buku-buku kiri terkhususnya buku sejarah yang berkaitan dengan tema ideologi komunisme, gerakan komunisme Indonesia dan Peristiwa Gerakan 30 September (G30 S) 1965. Tetapi sampai saat ini saya belum mendapatkan satu pun tulisan yang terbit di media cetak ataupun media online. Tentunya kita membutuhkan pendapat dan pandangan mereka kenapa buku-buku sejarah yang dikategorika...

The Kablams (Awal Mula)

Cerita 01 Cerita ini 80 persennya diangkat dari kisah nyata sekelompok anak muda yang memiliki misi visi menolak tua. 20 persennya adalah fiksi, itu tergantung dari saya mau menambahkan atau mengurangi isi ceritanya, toh sebagai penulis saya punya hak prerogatif. Hahaha (ketawa jahad). *** Kami berlima akhirnya bersepakat atau mungkin cenderung dipaksakan untuk membuat genk. Bisa jadi ini merupakan sebuah faksi dalam komunitas kami sendiri. Tujuannya bukan untuk melakukan kudeta terselubung atau kudeta merangkak yang dipopulerkan oleh sejarawan Asvi Warman Adam dalam melihat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Untuk apa juga kami melakukan kudeta, sementara komunitas ini tidak memiliki ketua atau makhluk sejenisnya, Jangan tanyakan soal berapa besar dana hibah yang dikelola komunitas ini. Saya sedikit punya pengalaman lebih dalam mendirikan genk dibandingkan anggota genk yang lain. Sedikit cerita tentang pengalaman ini. Pertama kali saya mendirikan genk bersama...