Langsung ke konten utama

Merayakan Multatuli, Merawat Kemanusiaan

Dilupakan

Perang telah berakhir.
Ada darah, tangis air mata kehilangan,
kemenangan yang melelahkan.

Monumen berdiri tegak.
Simbol harapan generasi kelak,
merawat kebebasan

Tetapi...

Sejarah kemudian diceritakan sepotong-sepotong
Semua berlomba-lomba membuat panggung,
lalu diceritakan bahwa saya adalah yang paling berjasa

Sementara...

Dilupakan, itulah dia
Sosok yang membunuh kolonialisme.
“Biarlah aku menderita,” bisiknya..

*Makassar, 02 Agustus 2018*


Aku lebih menderita

Aku bicara dalam kalimat yang begitu indah.
Kumpulan kata-kata bijak, tentang kisah cinta.
Kita menyebutnya cinta, terbatas aku dan kamu.
Aku menjadi nabi bagi mereka yang membuka cinta dengan hanya satu pintu.

Menjadi populis, mereka menyebutku sang penyair cinta
Setiap tulisanku haruslah baik, baik untuk diriku.
Aku menulis memang hanya untuk diriku, diriku dan pengikutku
Sastra hanya untuk sastra, seni hanya untuk seni.
Aku tidak ingin menulis untuk menderita
Hidup nyatanya hanya sekali.

Aku penyair tetapi bukan manusia.
Aku takut menderita jika tulisanku bicara tentang kemanusiaan
Ketahuilah! Sesungguhnya aku ternyata lebih menderita, sebab tidak bersetia pada nurani

Makassar, 06 Agustus, 2018

Manusia dan Kemanusiaan

Aku hidup, belajar untuk menjadi anak rohanimu
Aku belajar dari tulisanmu
Bahwa bahasa kemanusiaan bukan milik partai politik
Bahwa kemanusiaan adalah agama manusia
Bahwa kemanusiaan adalah wujud cinta manusia kepada bumi dan isinya.

 *Makassar, 09 Agustus 2018*





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teripang, Tarekat, dan Tionghoa (Sebuah Catatan Perjalanan Riset di Pulau Barrang Lompo)

Bulan ini cukup padat, beberapa deadline pekerjaan harus segera diselesaikan. Rencananya agenda ke Pulau Barrang Lompo pada akhir bulan April tetapi tertunda. Akhirnya baru bisa berangkat pada Selasa, 07 Mei 2024 setelah mengutak-atik ulang agenda kerja dan bernegosiasi ulang dengan beberapa "juragan". Sejarah umat manusia tidak bisa lepas dari aktivitas negosiasi termasuk segala keputusan politik yang memulai perang dan mengakhiri perang. Sepertinya ini sudah mulai agak melebar pembahasannya. Okelah , saya memulai bernegosiasi dengan beberapa teman untuk mengajaknya ke Pulau Barrang Lompo. Semua teman yang saya ajak ternyata tidak bisa ikut dengan berbagai alasan. Mungkin tawaran saya dalam bernegosiasi kurang menarik bagi mereka. Seharusnya saya menawari mereka bagaimana lezatnya mencicipi Sup Teripang di Pulau Barrang Lompo. Sup teripang itu memang ada di Pulau Barrang Lompo, bukan hanya makanan khas dari negeri Tiongkok. Menurut Uci (26), untuk teripang yang suda

Ketika Jugun Ianfu Merdeka dari Reklamasi: Sepenggal Cerita Island Fest Pulau Lae-lae 2023

Om Bob memeluk saya penuh haru bahagia ketika penampilan teater boneka yang digawangi oleh Nur Ikayani selesai dan mendapatkan riuh tepuk tangan dari penonton. Baik Om Bob atau biasa juga disapa Anton Samalona dan Nur Ikayani, panggilannya Kika adalah dua sosok seniman yang memiliki ikatan emosional begitu kuat dengan Pulau Lae-lae. Om Bob lahir dan tumbuh besar di Pulau Lae-lae, sedangkan Kika pernah tinggal menetap beberapa tahun di pulau tersebut. Dua sosok ini jugalah yang berperan penting dibalik layar suksesnya penyelenggaraan Island Fest 2023 selama tiga hari di Pulau Lae-lae. Festival ini diinisiasi oleh masyarakat Pulau Lae-lae dalam menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78. "Mahal ini ide cerita teaternya Om Bob, diluar dari yang kubayangkan sama sekali," kata saya.  "Itu karena kita semua ikhlas dan mau bersatu sukseskan ini acara saudara," timpal Om Bob yang dengan spontan menyalami tangan saya dengan begitu erat. Setelah itu

The Kablams (Awal Mula)

Cerita 01 Cerita ini 80 persennya diangkat dari kisah nyata sekelompok anak muda yang memiliki misi visi menolak tua. 20 persennya adalah fiksi, itu tergantung dari saya mau menambahkan atau mengurangi isi ceritanya, toh sebagai penulis saya punya hak prerogatif. Hahaha (ketawa jahad). *** Kami berlima akhirnya bersepakat atau mungkin cenderung dipaksakan untuk membuat genk. Bisa jadi ini merupakan sebuah faksi dalam komunitas kami sendiri. Tujuannya bukan untuk melakukan kudeta terselubung atau kudeta merangkak yang dipopulerkan oleh sejarawan Asvi Warman Adam dalam melihat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Untuk apa juga kami melakukan kudeta, sementara komunitas ini tidak memiliki ketua atau makhluk sejenisnya, Jangan tanyakan soal berapa besar dana hibah yang dikelola komunitas ini. Saya sedikit punya pengalaman lebih dalam mendirikan genk dibandingkan anggota genk yang lain. Sedikit cerita tentang pengalaman ini. Pertama kali saya mendirikan genk bersama