Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Desember dan Harapan

Butuh waktu tahunan untuk menghidupi.. Tapi ini semua kenyataan yang harus kita hadapi.. Harapan tidak boleh mati.. Walau masjid dipenuhi sampah dan orang mati.. #Iwan Fals# "Bro, sampai kapan ki'bertahan dalam kondisi yang seperti ini?". "Kak, Kenapa tidak ada yang berubah dari usaha yang dilakukan selama ini?" "Nda usah meko berorganisasi! Fokus meko selesai, tdk ada ji gunanya apa mubikin sekarang" "Alhamdulillah, bulan 12 di wisuda meka cika.. kapan nyusul?" ................................................................................................................................. Adakah kalimat yang bisa menjadi obat dari keluh kesah dengan keadaan? Atau bersembunyi untuk  sementara waktu, sembari menunggu wahyu dari Jibril? Genap sudah memasuki bulan penghujung tahun dari 11 bulan yang lalu. Katanya Desember bulan penghujan?  Wahai Hujan, apakah kau kebahagian atau kesedihan? Kalau aku bisa memilih, pastiny

Kota Perampas

Kota Perampas 5x5 M ukuran gubuk penghapus lelah dalam memikul beban hidup seahari-hari bagiku merupakan surga kecil dengan senyum ramah ketulusan sang pemilik gubuk disertai dengan tingkah lucu tiga bocah yang sedang asyiknya bermain bersama ikan peliharaanya. dipersilahkannya kami masuk ke gubuk kehidupannya sudah merupakan kesyukuran bagi aku dan kawan seperjuanganku. Ku menatap langit-langit gubuk sang pemilik yang hanya ditutupi seng bekas dan bocor dan ketika hujan mereka sekeluarga hanya bisa bersabar melihat air hujan jatuh dari langit-langit gubuknya dan terkadang banjirpun telah menjadi bagian dari hidup mereka. Didepan gubuk sang pemilik berserakan berbagai macam sampah yang baunya sangat menyengat, sang pemilik rumah tidak bisa membuang sampah  ke tempat asalnya dikarenakan  menurutnya hanya untuk membuang sampah harus mengeluarkan uang dari kantong tipisnya ditengah biaya hidup kota semakin mahal. Kami berdua pun bercengkrama dengan sang pemilik gubuk dan lagi-lagi

Dunia Tanpa Cermin

13.23 WITA, masih berfantasi dengan mimpi-mimpi Tertawa dengan bau nafas begitu menyengat kemana-mana… Beranda seakan muak dengan tingkah konyolnya… Makhluk tak berTuhan menemani setiap langkah kakinya… Apa pedulinya kau dengan diriku Terlontar dari mulut nuraninya.. Seakan memberontak kepada dunia yang bukan dunia lagi… Lantas apa yang kau hina tanpa bercermin pada kemunafikan.. Saya, kau atau mereka? Semua mencari celah kotor lalu menghempaskan ke tanah yang bertuan… Apakah semua tak memiliki cermin masa lalu? Atau kah dunia ini memang tak bercermin lagi? Mungkin saja karena nafsu telah menggorogoti kedamaian… Buang semua kebersamaan dan biarkan dunia tanpa cermin                                                                                                             12 November 2011                                                                                                 Tanpa Cermin aku tak ada meski ada

World Trade Organization (WTO) dan Skema Liberalisasi Pendidikan Tinggi di Indonesia

Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan (Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945) Bubarkan saja Negara.. kata Iwan Fals dalam salah satu lirik lagunya. Kalau Negara dalam hal ini pemerintah sudah tidak mampu membebaskan biaya pendidikan bagi warganya. Bukanlah sebuah kalimat provokatif dari Iwan Fals yang ingin membubarkan Negara menjadi hal yang subtansial untuk diperdebatkan, tetapi apakah betul pemerintah saat ini sudah membebaskan biaya pendidikan? Espektasi akan terbangunnya bangsa yang cerdas “seperti amanat UUD 1945” dengan tatanan masyarakat yang maju secara ekonomi, politik dan kebudayaan dan tercermin dalam penghidupan yang adil, sejahtera dan berdaulat, sampai saat ini belum bisa terwujud. Sebab kenyataannya, pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat jauh dari harapan untuk dapat diabdikan bagi kepentingan Rakyat. Pendidikan saat ini, lebih diorientasikan pada kepentingan pasar semata dan, terbukti tidak pernah mampu menjawab persoalan rakyat Justru rakyat Indonesia dihambat