Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Menakar Nalar Demokrasi Rakyat dan Mahasiswa

Bahas Pemilu, demokrasi dan politik itu berat yah , cukup politisi, akademisi, mahasiswa, dan aktivis saja. Rakyat tidak akan kuat, karena rakyat hanyalah objek yang pasif atau pelengkap dalam sebuah negara demokrasi yang masih   didominasi oleh kuasa modal, kekuatan elit oligarki yang dilakukan dengan praktik tranksaksional. Tulisan ini mencoba untuk mengkritisi tulisan sebelumnya dari Sofyan Thamrin berjudul “Mahasiswa dan Kosongnya Nalar Demokrasi” yang dipublikasikan KalaLiterasi pada tanggal 17 Maret 2019 ( http://kalaliterasi.com/mahasiswa-dan-kosongnya-nalar-demokrasi/) Pernyataan mengenai rakyat masih gagap, awam dan mentalitasnya rentan dalam berbagai penyimpangan politik adalah pernyataan yang harus ditinjau kembali, apa dasar konseptual dan faktualnya dari tulisan Sofyan Thamrin. Jika tidak, kita justru   akan menggeneralisasikan bahwa kesadaran politik rakyat seperti itulah keadaannya. Bahwa memang betul adanya jika masih ada rakyat yang menggantungkan nasibnya mela

Gerakan Mahasiswa, eh... Sekelompok Mahasiswa Makassar Tolak Film Dilan 1991

(Sumber Foto: Fimela.com) Gerakan mahasiswa Kota Makassar kembali viral diberitakan oleh berbagai media. Mungkin sangat berlebihan jika saya menyebutnya gerakan, lebih tepatnya sekelompok kecil mahasiswa yang mengaku memegang teguh falsafah Bugis-Makassar ini mengepung mall yang menayangkan sekuel Film Dilan 1991. Alasannya begitu kritis, film tersebut katanya tidak sesuai dengan budaya timur yang santun dan bisa memicu kekerasan dalam dunia pendidikan. Bisa jadi setelah mereka menganalisa situasi umum   perkembangan kapitalisme internasional dan memadukannya dengan situasi khusus kondisi pendidikan di Indonesia, maka ditariklah sebuah kesimpulan yang lahir dari kondisi objektif. “Bahwa salah satu akar masalah dalam dunia pendidikan Indonesia adalah film-film yang melenceng dari konteks budaya Indonesia, dan Film Dilan 1991 pantas untuk ditolak pemutarannya”. Izinkan saya tertawa, sebelum melanjutkan tulisan ini. Hahahahaha Begitu progresifnya sekelompok mahasiswa ini, m