Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Bangkit, Berorganisasi dan Bergerak Gapai Hak Kita di kampus...

Mahasiswa harus menyadari bahwa negara berkewajiban untuk memenuhi hak-hak demokratisnya. Dengan menyadari ini dan kemudian kita melihat bahwa hak-hak demokratis tersebut tidak dipenuhi oleh negara, maka mau tidak mau kita harus berjuang untuk mendapatkannya. Tapi sekali lagi, untuk memperjuangkan itu semua, mahasiswa membutuhkan alat yang tepat. Dan alat itu adalah organisasi. Hanya dengan berorganisasi lah pemuda-mahasiswa bisa mengaspirasikan tuntutannya dan bersama seluruh massa pemuda-mahasiswa yang tergabung dalam organisasi bisa memperjuangkannya secara bersama.  Karena perubahan tidak bisa tercipta melalui segelintir orang. Tapi perubahan sangat ditentukan oleh kekuatan massa, karena perubahan sesungguhnya adalah karya massa. Dengan bergabung dalam organisasi mahasiswa, massa pemuda-mahasiswa akan bergerak melalui program-program aksi yang konkret untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan menggapai tuntutan-tuntutan hak-hak demokratisnya. Bangkitlah kaum muda Indonesia! 

Pemilu Presiden 2014 adalah Demokrasi Palsu yang mengilusi Mahasiswa dan Rakyat. Intensifkan kerja massa dengan perjuangan massa untuk mengkampanyekan persoalan dan tuntutan mahasiswa serta rakyat Indonesia

Pengantar Korelasi perkembangan demokrasi di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan demokrasi Dunia Barat (Negara Maju/Imperialisme). Negara imperialis mulai mengembangkan demokrasi sebagai suatu konsep atau sistem yang paling muktahir. Seperti dikemukakan oleh Francis Fukuyama, pakar politik dan Filsapat AS, dalam Buku The End Of History and Last Man mengatakan bahwa “yang kita saksikan sekarang bukanlah sekedar berakhirnya Perang Dingin, atau berlalunya suatu kurun waktu tertentu di masa Pasca Perang Dunia II.  Akan tetapi tamatnya suatu peristiwa bersejarah  dengan kemenangan ideology demokrasi liberal”. Melalui borjuis  intelektuil AS ini, ia ingin meyakinkan bahwa evolusi keunggulan universialisasi demokrasi liberal imperialis AS sebagai bentuk final pemerintahan bagi masyarakat. Hal ini yang menjadi tipu daya legitimasi sistem demokrasi termasuk pemilu yang dijalankan sejak pasca Perang dingin yang merupakan demokrasi ala Imperialis AS untuk mempertahankan penguasaan ata

Tentang Subjektifisme Sebagai Penyakit Kronis

Kawan-kawan yang dicintai oleh massa. Sudah cukup panjang perjalanan kita dalam berjuang bersama. Tak terbersit dari kita untuk menyatakan lelah dalam perjuangan ini. Tapi tentu, secara khusus, ada pula beberapa kawan yang terputus di tengah jalan, dan tidak melanjutkan arena perjuangan ini. Hal ini bisa terjadi, oleh karena kehendak subjektif dari setiap individu dengan berbagai alasan taktis maupun alasan yang sifatnya prinsipil dari setiap individu. Dari sini lah arti penting bahwa kita mesti membuka perhatian yang lebih dan memeriksa kenyataan tersebut bukan menjadi hal yang sepele. Ada hal-hal yang luput dari diri kita. Di samping suara-suara yang begitu tinggi kita lantangkan pada musuh-musuh kita, banyak diskusi-diskusi dengan hal-hal yang besar (tolak komersialisasi pendidikan, dll), vocal-vokal yang sangat nyaring dalam berdebat (anti imperialisme, feodalisme dan kapitalis birokrat) dan gairah militansi dalam demonstrasi. Kita terlampau asyik dengan itu tanpa pernah tahu