Langsung ke konten utama

Gelorakan perjuangan di kampus! Gapai hak kita!


"Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”. (Pramoedya)

Waktu itu saya baru semester 2, salah seorang dari civitas akademika kampus memberi saya pesan. “Jangan ikuti seniormu yang suka demo, fokus kuliah saja”. Hal pertama yang terlintas dipikiran saya adalah tentang larangan untuk ikut berdemonstrasi? Kenapa? Dan apa sebabnya. Apakah perguruan tinggi berperan sebagai “rumah ilmu” ataukah perguruan tinggi merupakan sarana meningkatkan status sosial mahasiswa tersebut. Haruskah seseorang mahasiswa berkutat pada materi-materi kuliah saja ataukah mahasiswa juga melakukan persinggungan dengan realitas objektif (masyarakat)? Bagaimana seharusnya menjadi seorang mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan itu yang terkadang muncul dalam benak kita, yang terkadang kita sendiri tak tahu jawabannya.
Dari sini kita bisa lihat bahwa sebetulnya tidaklah terlampau sulit untuk menyimpulkan atas fenomena ketimpangan yang terjadi pada masyarakat akibat kebijakan pemerintah. Kita adalah bagian elemen dari masyarakat yang maju, yang sudah seharusnya menghilangkan mitos bahwa kampus sebagai “menara gedung” dimana penghuninya menjadi sekumpulan orang yang teralienasi (terasingkan) dari kehidupan masyarakat. Hidup menyatu dalam masyarakat dengan mengetahui bagaimana hak dan kewajiban rakyat terhadap Negara dan bagaimana pula tanggung jawab Negara terhadap rakyatnya yang selama ini belum terasa dalam kehidupan masyarakat. Dari sinilah kita mulai mencoba untuk membangunkan mereka dari “mimpi” yang selama ini meninabobokan mereka, dan mulai menyadarkan serta mengajak  menghadapi realitas yang ada saat ini dan memperjuangkan hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh mereka. Termasuk pula hak kita di kampus
Perjuangan hak demokratis di kampus
Perjuangan selalu di identikkan dengan keinginan atau target yang ingin dicapai melalui sebuah proses. Perjuangan juga merupakan reaksi dari keadaan yang tidak sesuai dengan harapan untuk menuju hal yang baik dan menghilangkan hal yang buruk atau menindas adalah impian nilai dari kemanusiaan. Di kampus pendefinisan tentang perjuangana juga beragam, namun yang mesti kita garis bawahi secara bersama bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dasar mahasiswa yang tidak terpenuhi di kampus maka sewajarnyalah bagi kita mahasiswa untuk memperjuangkan hak dasar kita. Dan organisasi kampus adalah alat perjuangan mahasiswa di kampus.
Perjuangan demokratisasi kampus (perjuangan menyangkut pemenuhan hak-hak social ekonomi dan hak politik di kampus) merupakan tugas fundamental yang hrus dilakukan organisasi mahasiswa. Artinya, setiap organisasi Mahasiswa baik intra kampus harus mampu menjalankan fungsinya sebagai pelayan massa Mahasiswa untuk memenuhi hak-hak sosial ekonominya. Sejauh ini, secara objektif terkhusus di Universitas Negeri Makassar (UNM) masih kita temukan lembaga mahasiswa kampus memposisikan dirinya eksklusif khususnya dalam menyalurkan aspirasi perjuangan mahasiswa. Yang terjadi justru saling benturan antar organisasi di kampus hanya karena orientasi politik mahasiswa yang sangat pragmatis yang cenderung merapat dan tunduk kepada birokrasi kampus, elite politik local maupun Nasional. Sehingga mereka hanya di jadikan kaki tangan untuk melancarkan kepentingan-kepentingan elite. Hal inilah yang menimbulkan efek massa mahasiswa tidak simpatik terhadap organisasi mahasiswa.
Berdasarkan kondisi obyektif pada saat ini, sangat penting bagi kita mahasiswa untuk terlibat dalam memperjuangkan hak-hak demokratis melalui perjuangan politik tingkat kampus. Tentunya akan lebih banyak berbicara tentang dunia pendidikan sebagai sektor yang paling bersinggungan dengan hak-hak pemuda mahasiswa di Indonesia. Hal ini merupakan bentuk manifestasi perjuangan dari organisasi mahasiswa. Dibawah dominasi kapitalisme monopoli di Indonesia saat ini, dunia pendidikan semakin berorientasi pada kepentingan pasar dan kapitalisasi pendidikan artinya semua ruang-ruang pendidikan menjadi komoditas bagi kepentinga modal. Menghilangnnya esensi pendidikan sebagai alat untuk mencerdasakan dan membebaskan manusia dari belenggu yang menindas. Kondisi mahasiswa saat ini, masih dalam tahap kesadaran ekonomis yang perlu ditingkatkan taraf kesadarannya agar lebih maju dan kualitatif, yaitu menuju kesdaran politik, mendorong hal tersebut, tentuya harus melaui proses yang cukup sistematis hingga bisa diterima dan direspon mahasiswa. 
2013 adalah refleksi! 2014 gelorakan kembali perjuangan di UNM!
Profesi mencatat selama tahun 2013 sekitar seratus kali rentetan aksi di UNM dan tanpa reaksi yang kongkret dari birokrasi universitas maupun fakultas dan terkesan anti kritik. Mulai dari soal transparansi anggaran keuangan, pengusutan tuntas kasus korupsi, fasilitas yang tidak layak, pembatasan ruang demokrasi dalam berorganisasi sampai pada aksi penolakan Uang Kuliah Tunggal 2013. Maraknya aksi massa yang sering dilakukan oleh mahasiswa pada kisaran tahun 2013 membuktikan bahwa kampus UNM dalam kondisi yang jauh dari apa yang diharapkan oleh mahasiswa. Walaupun aksi yang sering dilakukan tidak terkonsolidasi dengan maksimal tetapi apresiasi patut kita berikan kepada lembaga kemahasiswaan yang terlibat langsung dalam setiap perjuangan atas hak di kampus. Budaya perjuangan adalah hal yang wajar terjadi ketika kondisi kampus tidak lagi demokratis dan ilmiah.
2014 telah menanti rentetan permasalahan mahasiswa yang haknya masih belum terpenuhi sampai saat ini. Maka mau tidak mau kita harus berjuang untuk mendapatkannya. Tapi sekali lagi, untuk memperjuangkan itu semua, mahasiswa membutuhkan alat yang tepat. Dan alat itu adalah organisasi. Hanya dengan berorganisasilah mahasiswa bisa mengaspirasikan tuntutannya dan bersama seluruh massa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ataupun aliansi bisa memperjuangkannya secara bersama. Karena perubahan tidak bisa tercipta melalui segelintir orang. Tapi perubahan sangat ditentukan oleh kekuatan massa, karena perubahan sesungguhnya adalah karya massa. Kita bukanlah pahlawan tetapi perjuangan lahir untuk diri kita pribadi dan orang lain agar kelak tercipta suasana kampus yang kondusif sertaa membuka ruang belajar yang tidak membatasi, ilmiah dan mendidik sebagaimana orientasi pendidikan sejatinya untuk memanusiakan manusia. Mari gelorakan perjuangan di kampus agar hak kita dapat segera terpenuhi! Jadikan kampus sebagai benteng pertahanan perjuangan rakyat! Save UNM!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teripang, Tarekat, dan Tionghoa (Sebuah Catatan Perjalanan Riset di Pulau Barrang Lompo)

Bulan ini cukup padat, beberapa deadline pekerjaan harus segera diselesaikan. Rencananya agenda ke Pulau Barrang Lompo pada akhir bulan April tetapi tertunda. Akhirnya baru bisa berangkat pada Selasa, 07 Mei 2024 setelah mengutak-atik ulang agenda kerja dan bernegosiasi ulang dengan beberapa "juragan". Sejarah umat manusia tidak bisa lepas dari aktivitas negosiasi termasuk segala keputusan politik yang memulai perang dan mengakhiri perang. Sepertinya ini sudah mulai agak melebar pembahasannya. Okelah , saya memulai bernegosiasi dengan beberapa teman untuk mengajaknya ke Pulau Barrang Lompo. Semua teman yang saya ajak ternyata tidak bisa ikut dengan berbagai alasan. Mungkin tawaran saya dalam bernegosiasi kurang menarik bagi mereka. Seharusnya saya menawari mereka bagaimana lezatnya mencicipi Sup Teripang di Pulau Barrang Lompo. Sup teripang itu memang ada di Pulau Barrang Lompo, bukan hanya makanan khas dari negeri Tiongkok. Menurut Uci (26), untuk teripang yang suda

Ketika Jugun Ianfu Merdeka dari Reklamasi: Sepenggal Cerita Island Fest Pulau Lae-lae 2023

Om Bob memeluk saya penuh haru bahagia ketika penampilan teater boneka yang digawangi oleh Nur Ikayani selesai dan mendapatkan riuh tepuk tangan dari penonton. Baik Om Bob atau biasa juga disapa Anton Samalona dan Nur Ikayani, panggilannya Kika adalah dua sosok seniman yang memiliki ikatan emosional begitu kuat dengan Pulau Lae-lae. Om Bob lahir dan tumbuh besar di Pulau Lae-lae, sedangkan Kika pernah tinggal menetap beberapa tahun di pulau tersebut. Dua sosok ini jugalah yang berperan penting dibalik layar suksesnya penyelenggaraan Island Fest 2023 selama tiga hari di Pulau Lae-lae. Festival ini diinisiasi oleh masyarakat Pulau Lae-lae dalam menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78. "Mahal ini ide cerita teaternya Om Bob, diluar dari yang kubayangkan sama sekali," kata saya.  "Itu karena kita semua ikhlas dan mau bersatu sukseskan ini acara saudara," timpal Om Bob yang dengan spontan menyalami tangan saya dengan begitu erat. Setelah itu

The Kablams (Awal Mula)

Cerita 01 Cerita ini 80 persennya diangkat dari kisah nyata sekelompok anak muda yang memiliki misi visi menolak tua. 20 persennya adalah fiksi, itu tergantung dari saya mau menambahkan atau mengurangi isi ceritanya, toh sebagai penulis saya punya hak prerogatif. Hahaha (ketawa jahad). *** Kami berlima akhirnya bersepakat atau mungkin cenderung dipaksakan untuk membuat genk. Bisa jadi ini merupakan sebuah faksi dalam komunitas kami sendiri. Tujuannya bukan untuk melakukan kudeta terselubung atau kudeta merangkak yang dipopulerkan oleh sejarawan Asvi Warman Adam dalam melihat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Untuk apa juga kami melakukan kudeta, sementara komunitas ini tidak memiliki ketua atau makhluk sejenisnya, Jangan tanyakan soal berapa besar dana hibah yang dikelola komunitas ini. Saya sedikit punya pengalaman lebih dalam mendirikan genk dibandingkan anggota genk yang lain. Sedikit cerita tentang pengalaman ini. Pertama kali saya mendirikan genk bersama