Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Menyambut 60 tahun Konferensi Asia-Afrika Masih (kah) Semangat Anti Penjajahan?

“Bebaskan jiwa Asia-Afrika dan tuan-tuan akan tuan-tuan akan memperoleh perdamaian, bukan perdamaian dengan paksaan pedang, tetapi perdamaian berdasarkan kemauan baik, Jiwa Asia-Afrika pada dasarnya adalah jiwa damai!” –Manifesto Bersama Sesudah Perang Dunia ke II berakhir konfigurasi politik dunia ditandai oleh munculnya dua kekuatan raksasa dunia yang saling bertentangan, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua kekuatan raksasa itu masing-masing mempunyai sistem politik dan bentuk pemerintahan yang berbeda. Kedua kekuatan itu saling bertentangan dan berlomba-lomba menyusun dan mengembangkan kekuatannya baik secara politis maupun militer. Situasi pertentangan itu disebut dengan Perang Dingin. Situasi Internasional yang terjadi kisaran tahun 1954-1955, dimana Amerika Serikat yang memiliki kepentingan ekonomi-politik di Asia membentuk SEATO (South-East Asian Treaty Organization, suatu persekutuan militer yang mengkonsolidasikan tiga negara di kawasan Asia, yaitu Pakistan, Mu

Tentang Kultur Kampus dan Penafsiran yang Keliru

by Salvador Dali (1943) Tulisan ini menurut saya adalah sebuah keberanian dari proses merasakan, melihat dan berusaha menyimpulkan keadaan kongkret yang sebenarnya terjadi. Keberaniannya terletak pada subjektifitas saya sendiri, karena menulis juga membutuhkan keberanian menyampaikan pesan kemanusiaan dari fakta yang terjadi. Di sisi lain, selama saya menjadi mahasiswa belum juga saya menemukan tulisan-tulisan yang membahas tentang kultur kampus, sesuatu yang sensitif menurut kebanyakan mahasiswa yang menurut saya mungkin saja karena sudah terbius pemaknaan dengan kultur itu. Sekali lagi saya tertarik menulisnya dengan segala konsekuensinya. Hal apa yang pertama kali anda dapatkan pada saat menjadi mahasiswa dan berinteraksi dengan lembaga kampus melalui aktivitas atau kegiatan yang bernama kaderisasi? Pribadi saya menjawab bahwa yang saya dapatkan adalah bagaimana menghargai angkatan mahasiswa yang lebih tua. Bagaimana cara saya menghargainya? Seperti mahasiswa lainnya yang masih

Menulis untuk Mengenangmu (Catatan Kecil 40 hari kepergian Alm.Nenek Kamariah)

" Kedatangan maut adalah ujung bagi waktu yang membeku, juga seperti lupa yang merenggut ingatan kita. Maut menderu-deru seperti angin, menjerit di pori-pori nyawa. Berburu waktu dengan manusia, meski akhirnya ia menyeringai di depan dengan genggaman temali kepastian. Maut bagai kutukan yang merangsek ke dalam hidup, berselubung misteri dan teka-teki. Dan Tuhan sengaja tak memberi manusia porsi pengetahuan yang memadai untuk mengungkapnya. Manusia hanya terus diiming-iming, bahwa saatnya nanti ia akan bertemu ajal. Meski ingatan perihal itu tak kunjung membikin manusia takluk."   Misbahus Surur Mungkin bagi mereka yang masih menganut pandangan umum terbelakang, tulisan ini tidak berguna bagi sebuah arti kematian. Tetapi saya ingin tetap menulis tentangmu, sebuah persembahan kecil dari cucu pertama yang belum bisa memberikan kebahagiaan sebelum ajal menjemputmu.  Saya masih ingat perbicangan terakhir denganmu, satu minggu sebelum kabar duka itu sampai kepada saya. Maaf

Anak kecil itu tak sempat berterima kasih (RIP)

Sebut saja dia manusia tidak berguna, semasa kecilnya hanya meresahkan dan tidak sama sekali menggemaskan. Tingkah lakunya menjadi cerminan bahwa dia adalah bibit perusuh masa depan kelak. Apakah kau tahu? sejak kecil dia juga membuat pengasuhnya bersabar dengan ucapan dan tindakannya ketika kemauan diluar batas yang tidak terpenuhi.  Dan anak kecil ini telah tumbuh menjadi manusia yang bimbang dan peragu akibat dari masa kecil yang penuh kemanjaan. Berada pada tempat yang tak pernah dikenal dan diketahui sebelumnya, jauh dari kehidupan masa kecil yang serba ada dan menjadi bak seorang raja. Menangislah dia, dan bersembunyi di ruangan 3x4 meter. Menangis? Manja sekali! Tetapi menangisnya bukanlah tangisan kecil masa lalu.. Hanya mengingat kisah dan berlalu bersama senja. 2 Februari 2015, memecah sunyi dan mimpi untuk segera membalas kebaikannya hanya menjadi puing-puing janji. Anak kecil itu tetap merasa kecil tak kuasa menahannya dan tak kuasa menggenggamnya..