"Kedatangan maut adalah ujung bagi
waktu yang membeku, juga seperti lupa yang merenggut ingatan kita. Maut
menderu-deru seperti angin, menjerit di pori-pori nyawa. Berburu waktu dengan
manusia, meski akhirnya ia menyeringai di depan dengan genggaman temali kepastian.
Maut bagai kutukan yang merangsek ke dalam hidup, berselubung misteri dan
teka-teki. Dan Tuhan sengaja tak memberi manusia porsi pengetahuan yang memadai
untuk mengungkapnya. Manusia hanya terus diiming-iming, bahwa saatnya nanti ia
akan bertemu ajal. Meski ingatan perihal itu tak kunjung membikin manusia
takluk." Misbahus Surur
Mungkin bagi mereka yang masih menganut pandangan umum terbelakang,
tulisan ini tidak berguna bagi sebuah arti kematian. Tetapi saya ingin tetap
menulis tentangmu, sebuah persembahan kecil dari cucu pertama yang belum bisa
memberikan kebahagiaan sebelum ajal menjemputmu. Saya masih ingat
perbicangan terakhir denganmu, satu minggu sebelum kabar duka itu sampai kepada
saya. Maaf tak terhingga, Sang pemilik waktu membuatmu tak sempat melihat saya
menjadi salah satu dari ribuan mahasiswa yang merayakan kelulusannya bersama
keluarga tercinta. Pengharapanmu tidak mampu saya tepati dan sampai saat ini
rasa bersalah itu masih tetap ada.
Kematian adalah kepergian sekaligus kehilangan. Memandang sosok yang
tergulai melihat sorot wajah lelah penuh guratan derita dan tak bergeming.
Kuciumi wajah keriputmu dan berusaha menahan tangis tapi tak mampu. Dua
tahun lebih merasakan sakit dan menghentikan semua aktivitasmu sehinga lebih
banyak menghabiskan waktu di kamar rumah, tetapi kesabaran dalam menghadapinya
adalah cerminan bahwa dirimu telah terlatih untuk sabar terhadap segala
hal.
Masa kecil dengan kebebasan terbatas oleh beban pekerjaan tak sebanding
dengan pertumbuhan fisik, menikah bukan karena kehendak pribadi, menjalani
proses berumah tangga yang tidak harmonis dengan cerita-cerita kekerasan yang
sering diceritakan olehmu pada saat saya masih belum cukup usia mendengarkan
itu semua, mungkin tempat berbagi keluh kesah sudah tidak ada menurutmu waktu
itu sehingga saya yang masih bocah adalah tempat membuang rasa pesakitanmu . Dirimu
adalah perempuan tangguh yang tetap berusaha sabar dan tegar menjalani itu
semua walaupun hak atas dirimu sendiri tidak punya kuasa menentukan masa depan
yang lebih baik seperti perempuan-perempuan di desa pada umumnya.
Dan saya tetap akan berjalan kedepan menggapai harapan seperti pesanmu
yang akan saya selalu pegang erat sebagai prinsip hidup:"tetap sabar
menghadapi masalah karena semua ada jalan terbaiknya", terima kasih tak
terhingga atas segala kesabaranmu dalam menghadapi saya yang semasa hidup hanya
sering membuatmu merepotkan. Selain doa, tulisan ini untuk mengenang segala hal
yang terbaik selama hidupmu. Tenanglah selalu di alam penuh kedamaian abadi.
Bagi kami keluarga akan selalu dan setiap waktu mengingatmu.
Dan saya akhiri tulisan ini dengan doa..
Al-Fatihah...
Komentar
Posting Komentar