Langsung ke konten utama

29 Desember 2011 dan setelah itu..

Kamis 29 September 2011.., Kegiatan kuliah bersama HMJ Pend.Sejarah FIS UNM di gedung rektorat lantai tiga berjalan lancar dengan jumlah peserta yang melebihi target. Suatu hal yang patut diapresiasi kepada teman-teman panitia. Sekitar Pukul 12.00 WITA, konsentrasi panitia terpecah, kegiatan yang sementara berlangsung dalam sesi tanya jawab mulai terganggu dengan keributan yang terjadi di samping gedung rektorat. Dan seorang  teman memberi info kepada saya. “Ada anak sejarah ditikam bro di samping kampus”. Saya dan beberapa teman-teman pengurus  HMJ langsung menuju di lokasi  keributan. Ternyata pada waktu itu teman-teman sedang mengejar pelaku penikaman yang katanya masih berada di area kampus tetapi tidak ditemukan juga, dan sementara saudara kami “Irpan Nasir”? Saya melihat lumuran darah dan rasa sakit yang dia tahan.

Setelah itu saya tidak bisa terlalu mengingat jauh lebih dalam lagi kronologi kejadian, selain hujan yang menandai kepergiannya.  Almarhum dikebumikan di kampung halamannya malam setelah peristiwa itu juga. Harus kami akui bahwa SEJARAH dendam dan masih menyimpan luka  sampai hari ini dan tidak ada pintu maaf bagi kelompok kolot primordial yang mengaku sebagai mahasiswa. Amarah kami pada waktu tidak memancing kami untuk bertindak gegabah dan membalas dengan cara yang sama, yah! karena kami mahasiswa! Perjuangan mendampingi kasus hukum pembunuhan saudara kami adalah jalan terbaik yang ditempuh. Kurang lebih 13 minggunya teman-teman SEJARAH beserta keluarga korban dan  teman-teman mahasiswa lainnya di UNM turut berpartisipasi dalam upaya mendapatkan keadilan di mata hukum, agar pelaku pembunuhan diberikan hukuman setimpal walaupun hasil dari keputusan  vonis pengadilan mengecewakan kami.

Dan setelah itu.. Kami SEJARAH mendapatkan pelajaran berharga dari peristiwa tersebut, tentang ketabahan dari keluarga korban terkhusus orang tua korban yang tetap tegar menghadapi masalah. Semangat solidaritas dalam menyelesaikan masalah! dan semua kisah dalam memaknai arti kehilangan. Kami sadar bahwa sampai hari ini usaha kami belumlah maksimal dari harapan keluarga pada waktu itu, akan tetapi kami tetap bersyukur bahwa sampai detik ini kami masih ada untuk mengenang duka sejarah! Bukanlah untuk ditangisi tetapi 29 Desember 2011 adalah kekuatan bagi kami untuk lebih saling mengingatkan, menghargai dan berbagi dalam satu keluarga!

“Mungkin cahaya bulan Desember akan memahami hatiku dengan sinar kejamnya, Mencuri kunciku pada ketenangan sejati. Dalam bagian cerita ini hanya akulah yang mati, hanya satu-satunya,dan aku akan mati karena cinta karena aku bersaudara. karena aku menyayangimu saudara, dalam api dan dalam darah”.

Dan setelah itu... Saya tidak bisa melanjutkan tulisan ini....

http://city.seruu.com/read/2012/06/07/102039/rekan-korban-mengamuk-sidang-pembunuhan-mahasiswa-unm-ricuh




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teripang, Tarekat, dan Tionghoa (Sebuah Catatan Perjalanan Riset di Pulau Barrang Lompo)

Bulan ini cukup padat, beberapa deadline pekerjaan harus segera diselesaikan. Rencananya agenda ke Pulau Barrang Lompo pada akhir bulan April tetapi tertunda. Akhirnya baru bisa berangkat pada Selasa, 07 Mei 2024 setelah mengutak-atik ulang agenda kerja dan bernegosiasi ulang dengan beberapa "juragan". Sejarah umat manusia tidak bisa lepas dari aktivitas negosiasi termasuk segala keputusan politik yang memulai perang dan mengakhiri perang. Sepertinya ini sudah mulai agak melebar pembahasannya. Okelah , saya memulai bernegosiasi dengan beberapa teman untuk mengajaknya ke Pulau Barrang Lompo. Semua teman yang saya ajak ternyata tidak bisa ikut dengan berbagai alasan. Mungkin tawaran saya dalam bernegosiasi kurang menarik bagi mereka. Seharusnya saya menawari mereka bagaimana lezatnya mencicipi Sup Teripang di Pulau Barrang Lompo. Sup teripang itu memang ada di Pulau Barrang Lompo, bukan hanya makanan khas dari negeri Tiongkok. Menurut Uci (26), untuk teripang yang suda

Ketika Jugun Ianfu Merdeka dari Reklamasi: Sepenggal Cerita Island Fest Pulau Lae-lae 2023

Om Bob memeluk saya penuh haru bahagia ketika penampilan teater boneka yang digawangi oleh Nur Ikayani selesai dan mendapatkan riuh tepuk tangan dari penonton. Baik Om Bob atau biasa juga disapa Anton Samalona dan Nur Ikayani, panggilannya Kika adalah dua sosok seniman yang memiliki ikatan emosional begitu kuat dengan Pulau Lae-lae. Om Bob lahir dan tumbuh besar di Pulau Lae-lae, sedangkan Kika pernah tinggal menetap beberapa tahun di pulau tersebut. Dua sosok ini jugalah yang berperan penting dibalik layar suksesnya penyelenggaraan Island Fest 2023 selama tiga hari di Pulau Lae-lae. Festival ini diinisiasi oleh masyarakat Pulau Lae-lae dalam menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78. "Mahal ini ide cerita teaternya Om Bob, diluar dari yang kubayangkan sama sekali," kata saya.  "Itu karena kita semua ikhlas dan mau bersatu sukseskan ini acara saudara," timpal Om Bob yang dengan spontan menyalami tangan saya dengan begitu erat. Setelah itu

The Kablams (Awal Mula)

Cerita 01 Cerita ini 80 persennya diangkat dari kisah nyata sekelompok anak muda yang memiliki misi visi menolak tua. 20 persennya adalah fiksi, itu tergantung dari saya mau menambahkan atau mengurangi isi ceritanya, toh sebagai penulis saya punya hak prerogatif. Hahaha (ketawa jahad). *** Kami berlima akhirnya bersepakat atau mungkin cenderung dipaksakan untuk membuat genk. Bisa jadi ini merupakan sebuah faksi dalam komunitas kami sendiri. Tujuannya bukan untuk melakukan kudeta terselubung atau kudeta merangkak yang dipopulerkan oleh sejarawan Asvi Warman Adam dalam melihat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Untuk apa juga kami melakukan kudeta, sementara komunitas ini tidak memiliki ketua atau makhluk sejenisnya, Jangan tanyakan soal berapa besar dana hibah yang dikelola komunitas ini. Saya sedikit punya pengalaman lebih dalam mendirikan genk dibandingkan anggota genk yang lain. Sedikit cerita tentang pengalaman ini. Pertama kali saya mendirikan genk bersama